bogorplus.id – Telah ramai di media sosial, sebuah video menunjukkan kerusakan patung penyu yang diperkirakan bernilai Rp15,6 miliar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau Alun-alun Gadobangkong, Sukabumi.
Dalam tayangan itu, kondisi patung penyu terlihat sangat memprihatinkan yaitu bagian tempurungnya sudah robek dan penyok.
Warga yang merekam video tersebut juga tampak membuka lapisan luar patung, yang ternyata terbuat dari karton berwarna cokelat seperti kardus.
Di bagian dalam patung penyu, terlihat rangka dari kayu yang berfungsi untuk menopang karton-karton tersebut.
Unggahan video ini kemudian memicu kemarahan warganet, terutama setelah mengetahui anggaran pembuatan patung tersebut diduga mencapai Rp15 miliar.
Sebelumnya, Alun-alun Gadobangkong juga telah menarik perhatian karena infrastruktur di sana mengalami kerusakan akibat ombak.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pertengahan Februari 2025. Selain patung penyu yang hancur, jogging track di area tersebut pun mengalami kerusakan akibat tergerus ombak.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi , Prasetyo, mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sedang menunggu anggaran dari Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Perkim) untuk perbaikan fasilitas di Alun-alun Gadobangkong.
“Anggarannya tidak di DLH, tapi di Perkim. Penganggarannya masih di Perkim tahun ini, kami hanya pengelola saja, artinya kami sedang menunggu anggaran dari Perkim untuk perbaikan,” jelas Prasetyo, Selasa (18/2/2025).
Saat ditanya tentang rencana anggaran untuk perbaikan kerusakan di Alun-alun Gadobangkong, Prasetyo mengatakan tidak mengetahui informasi tersebut.
“Di Perkim jelasnya,” pungkasnya.
Kerusakan di Alun-alun Gadobangkong juga menarik perhatian Anggota DPRD Sukabumi, Hamzah Gurnita.
“Saya sangat menyayangkan dengan terjadinya beberapa kerusakan di area Alun-alun Gadobangkong, padahal anggarannya cukup besar, entah sampai mana kelanjutan atau nasib pembangunan tersebut,” ujar Hamzah, Selasa (18/2/2025).
Diketahui bahwa anggaran pembangunan Alun-alun Gadobangkong itu mencapai Rp 15,6 miliar. Hamzah menilai seharusnya perencanaan pembangunan harus lebih matang, terutama karena lokasinya yang dekat pantai.
Hamzah pun berharap Bupati Sukabumi dan Wakil Bupati Sukabumi yang baru terpilih dapat segera menangani masalah ini.
Imran, salah satu pihak terkait, menjelaskan bahwa masa pemeliharaan Alun-alun Gadobangkong oleh perusahaan telah berakhir sejak Agustus 2024.
“Nah, serah terima ke Kabupaten Sukabumi dari provinsi itu di bulan September 2024. Jadi kalau bicara runtutannya dari kontraktor ke dinas sudah selesai, dari pemprov juga ke kabupaten sudah selesai rangkaian serah terimanya,” tambahnya.
Imran juga memberikan penjelasan tentang spesifikasi bangunan Alun-alun Gadobangkong, di mana fondasinya mengalami kerusakan parah akibat ombak, termasuk tangga yang mengarah ke Pantai.
Imran menjelaskan bahwa Alun-alun Gadobangkong tidak dirancang untuk menghadapi ombak atau gelombang, sehingga tidak ada pemecah ombak yang dibuat.
Ia mengungkapkan bahwa saat disurvei sebelum pembangunan, jarak antar deburan ombak dan alun-alun mencapai 70 meter.
“Sebetulnya Alun-alun Gadobangkong itu dibangun dalam kondisi bangunannya itu, desain bangunannya itu dalam kondisi hanya alun-alunnya, jadi alun-alun itu tidak dipersiapkan untuk berhadapan dengan ombak,” terang Imran.
Ia juga menambahkan bahwa spesifikasi Pembangunan sudah sesuai, karena saat itu Ridwan Kamil selaku mantan Gubernur Jawa Barat ingin membangun alun-alun dengan konsep yang utuh
Imran menghadapi dua pilihan: membangun pemecah ombak terlebih dahulu atau kawasan alun-alun.
“Jadi di depannya itu ada pemecah ombaknya atau semacam penahan ombak, kayak gitu. Jadi kalau pemecah ombaknya itu dibangun, alun-alunnya itu tidak jadi dibangun. Makanya alun-alunnya itu dibangun lebih dulu,” jelasnya.
“Jadi alun-alun itu emang konsepnya bukan dipersiapkan untuk berhadapan dengan ombak, tapi berhadapan dengan pasir, karena kondisi waktu tim perencana itu survei, kondisi air laut itu sedang dalam surut,” tambah Imran.
Ia menyatakan bahwa pada saat itu, tim perencana merasa desain tersebut aman. Namun, Keadaan berubah Ketika ombak menerjang bangunan alun-alun akibat banjir rob yang tidak terduga oleh kontraktor maupun tim perencana pembangunan.
“Jadi konsepnya itu harusnya dibuat dulu GT, namun anggarannya tidak cukup kalau dibuat GT. Jadi kalau GT-nya dibangun, alun-alunnya tidak jadi. Seperti itulah kira-kira konsepnya, jadi kalau berkaitan dengan spesifikasi itu sudah sesuai spek,” pungkas Imran.