Oleh: Yogaprasta Adi Nugraha (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Pakuan)
bogorplus.id- Dalam tengah arus urbanisasi yang semakin tinggi, membuat komunitas pertanian di kota-kota mulai menunjukkan peran yang sangat penting dalam menjaga ketersediaan pangan lokal di lingkungan sekitarnya.
Seiring berjalannya waktu komunitas ini berkembang pesat sebagai respon terhadap keterbatasan lahan pertanian tradisional dan tingkat permintaan yang semakin tinggi dari warga untuk mengonsumsi pangan yang sehat serta berkualitas (dikutip dari penelitian Giyarsih dkk., 2024).
Bukan hal yang baru melihat bahwa tempat-tempat yang dulunya diabaikan seperti halaman rumah, atap bangunan, dan taman kota saat ini digunakan untuk sebagai tempat bercocok tanam berbagai macam sayuran, buah-buahan, bahkan tanaman pangan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kehadiran komunitas petani perkotaan memberikan dampak positif pada ketahanan pangan lokal (Hertati dkk., 2023).
Dengan memproduksi makanan secara lokal, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada distribusi dari luar yang sering kali mengalami fluktuasi harga dan gangguan dalam pengiriman barang tersebut.
Produksi pangan di wilayah setempat tidak hanya membantu menghemat biaya transportasi dan distribusi, tetapi juga menjaga kesegaran dan kualitas produk yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Selain itu, pendekatan langsung antara produsen dan konsumen ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang asal-usul makanan serta proses produksi yang lebih alami dan ramah lingkungan.
Perkembangan komunitas pertanian di perkotaan dihadapkan pada banyak tantangan salah satunya adalah keterbatasan lahan.
Di kota-kota besar, setiap inci ruang harus bersaing untuk memenuhi kebutuhan hunian dan infrastruktur.
Oleh karena itu, solusi yang serius harus dilakukan untuk mengoptimalkan lahan, seperti memanfaatkan atap gedung dan area publik yang masih tersedia.
Di sini, dukungan dari pemerintah daerah sangat penting; misalnya, mereka dapat memberikan insentif kepada warga untuk mengembangkan di lingkungan perkotaan dan memasukkan pertanian ke dalam perencanaan tata ruang kota (Wahdah dan Maryono, 2018).
Tantangan lain dalam pengembangan komunitas pertanian di perkotaan yang tidak kalah penting, adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknologi produksi pertanian (Wiyanto, 2024).
Tidak semua orang memiliki pengalaman atau latar belakang pertanian, terutama dalam penerapan teknologi modern, yang membutuhkan keahlian khusus.
Untuk mencapai hal ini, program pelatihan dan pendidikan harus dibuat dengan bekerja sama antara pemerintah, akademisi, dan komunitas itu sendiri.
Dengan program seperti ini, petani perkotaan dapat lebih mudah mengadopsi teknik pertanian modern yang meningkatkan efisiensi pengelolaan lahan dan produktivitas.
Secara keseluruhan, komunitas pertanian perkotaan bukan hanya menawarkan pilihan produksi makanan yang sehat dan berkualitas tinggi, tetapi juga merupakan simbol perubahan kota ke arah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Untuk menjawab tantangan ketahanan pangan di era modern, perlu ada kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga lembaga pendidikan.
Saatnya untuk mengubah perspektif konvensional tentang ruang kota agar setiap sudut dapat digunakan untuk mendukung gaya hidup yang lebih produktif dan sehat.